Suara Kalimantan dulunya merupakan surat kabar yang bernama Soeara Kalimantan merupakan surat kabar yang pernah eksis pada masa penjajahan Belanda di Kalimantan Selatan. Surat kabar ini ada dua kepemilikan dan masa penerbitan surat kabar ini memakai nama Soeara Kalimantan yang terbit antara tahun 1930-1942 yang isi pemberitaannya seringkali melawan Pemerintah Hindia Belanda. Surat kabar ini pertama terbitnya pada tanggal 23 Januari 1930.
Dalam Soeara Kalimantan Saptoe 7 Februari 1942 – 19 Moeharram 1361 tertulis bahwa: Directeur-Hoofredacteur A.A. Hamidhan. Kantoor Redactie dan Administratie Pasar Baroeweg No. 110 – Telefoon – adres “swarakalimantan”. Penerbit: Drukk. en Uitgev. My. Kalimantan Bandjermasin. Surat kabar ini dijual eceran 6 sen. Harga langganan satu bulan f.1, tiga bulan (kwartaal) f.3, Luar negeri setahun f.15. Surat kabar ini mempunyai agen di Batavia dan Surabaya.
Karena seringkali berlawanan dengan Pemerintah Hindia Belanda, maka menjelang kedatangan tentara Jepang di Banjarmasin, mesin cetak Soeara Kalimantan dihancurleburkan oleh AVC (Algemene Vernielings Corps) Belanda bersamaan dengan praktek pembumihangusan objek vital lainnya di Banjarmasin dan pada akhirnya surat kabar Soera Kalimantan hanya bisa bertahan sampai tahun 1942.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 terbit lagi surat kabar ini dengan nama Soeara Kalimantan yang kepemimpinannya bukan yang dululagi, yaitu dipimpin oleh Ardansyah dan Gusti A. Soegian Noor. Karena pada mulanya bersikap menyuarakan kepentingan NICA, maka surat kabar ini sempat diprotes oleh A.A. Hamidhan yang pernah memimpin dan memakai nama Soeara Kalimantan sebagai surat kabar yang terbit pada tahun 1930-1942 yang isi pemberitaannya seringkali melawan Pemerintah Hindia Belanda. Surat kabar ini hanya bisa bertahan satu tahun yaitu antara tahun 1945-1946.
Perjuangan para pejuang rakyat Kalimantan lewat surat kabar pada waktu itu tidak pupus, untuk mengelabui para penjajah maka nama surat kabar Soera Kalimantan dirubah menjadi surat kabar Kalimantan Berdjuang yakni surat kabar kaum republiken pada masa perang kemerdekaan Indonesia di Kalimantan Selatan.
Dalam penerbitan lain adakalanya ditulis “Kalimantan Berdjoang”. Pelopornya adalah orang-orang dari surat kabar Sinar Hoeloe Soengai dan Majalah Republik, seperti A. Djabar dan Haspan Hadna. Tanggal penerbitan pertama Harian Kalimantan Berdjuang adalah 1 Oktober 1946 beralamat di Jalan Musyawarah Kandangan. Setelah kurang lebih berjalan 3 bulan, media massa ini dipindahkan ke Banjarmasin berkantor di simpang empat Kertak Baru (sekarang ditempati Kantor Pengadilan Tinggi Jalan Haryono MT).
Surat kabar ini tidak kalah isi beritanya menyaingi dan mengimbangi berita-berita yang disuarakan pers NICA “Soeara Kalimantan “, sehingga sejak pertama kali terbit selalu diawasi dengan ketat oleh mata-mata NICA. Bahkan setelah beberapa hari harian terbit, A.Djabar selaku pimpinan umum dipanggil dan mendapat peringatan keras dari Merah Nadalsyah Kiai Besar Afdeling Hulu Sungai.
Sikap Harian Kalimantan Berdjuang yang mendukung Negara Kesatuan dan menentang federalisme, menimbulkan simpati rakyat di daerah ini. Karena sikap yang tegas inilah harian ini selalu diawasi oleh mata-mata Belanda.
Ketika masih terbit di Kandangan, oplah atau tiras harian ini sudah mencapai 500 hingga 750 lembar per hari, maka sesudah pindah ke Banjarmasin tirasnya meningkat menjadi 3.500 lembar perhari.
Dalam tahun 1947 pendukung harian ini bertambah kuat dengan masuknya Adonis Samat (yang berhenti sebagai Pimpinan Redaksi Sinar Hoeloe Soengai dengan seizin Merah Danil Bangsawan). Kemudian pada sekitar bulan Mei 1947 Adonis Samat diangkat menjadi pimpinan redaksi Kalimantan Berdjuang. Haspan Hadna yang sebelumnya memegang jabatan pemimpin redaksi kemudian bertindak sebagai pemimpin perusahaan. Sedangkan wartawannya adalah Mustafa, Zainal dan Arthum Artha.
Dalam tahun 1948 pemerintah NICA melakukan penangkapan-penangkapan terhadap tokoh-tokoh pejuang dan tokoh-tokoh pers, termasuk Haspan Hadna dan Adonis Samat. Namun Kalimantan Berdjuang waktu itu masih terbit mengunjungi para pembaca.
Memasuki tahun 1949 Harian Kalimantan Berdjuang diperkuat dengan masuknya tokoh pers perjuangan lainnya, yakni Yusni Antemas dan Zafry Zamzam. Pada penerbitan Kalimantan Berdjuang edisi Djumat, 11 Nopember 1949 tertulis bahwa Ketua Umum: Haspan Hadna, Ketua Redaksi: Zafry Zamzam, Tata Usaha: A. Djabar. Alamat redaksi: Kertak Baru 133 Banjarmasin Telepon No. 131. Zafry Zamzam kemudian diserahi jabatan sebagai Pemimpin Redaksi yang ditinggalkan Adonis Samat, karena yang bersangkutan bergabung dalam barisan perjuangan bersenjata. Surat kabar ini hanya bisa bertahan beberapa tahun saja yaitu kisaran waktu 1946-1951.
Pada tahun 1995 para pemuda-pemuda Kalimantan yang tinggal di Surabaya yaitu Aspihani, H Marli, Muhammad Yusran dan H Antung Abdan Syahrani, pada waktu itu mereka sebagai seorang mahasiswa dan santri di Bangil pernah menggagas untuk menerbitkan kembali surat kabar Soeara Kalimantan ini dengan merubah kalimat nama menjadi Surat Kabar Mingguan Suara Kalimantan.
Mereka berusaha menggalang dana untuk biaya percetakan, namun dana yang terkumpul tidak tercukupi untuk mencetak Koran tersebut dan pada akhirnya penerbitan dibathalkan.
Sudah sekian lama Surat Kabar Soeara Kalimantan mati tanpa jejak, akhirnya di tahun 2004 muncul lagi dengan nama Surat Kabar Mingguan Suara Kalimantan yang di gagas oleh pemuda intelektual Kalimantan Selatan yaitu Dr. MS. Shiddiq, Aspihani Ideris, dan Badrul Ain sanusi Alafif MS yang beralamat redaksi di Jalan KH Solih Iskandar, Perum Griya Indah, Blok Q No.3-A Bogor. Karena minimnya pendanaan Surat Kabar Mingguan Suara Kalimantan akhirnya hanya bisa bertahan 2 (dua) tahun berjalan.
Tahun 2007 Surat Kabar Mingguan “Suara Kalimantan” muncul lagi walau hanya lewat jalur online (internit) di jalankan oleh para pemuda yang cinta media di Kalimantan Selatan yaitu Aspihani Ideris MH dan Fathur Rahman. Pemberitaannya banyak menyangkut pengangkatan kasus-kasus korupsi di Kalimantan Selatan dan permasalahan pertambangan batubara.
Aspihani Ideris MH berpikiran katanya “Kalau hanya lewat jalur online saya rasa kurang begitu mengena, alangkah baiknya kita terbitkan lewat berupa surat kabar mingguan”.
Akhirnya di awal tahun 2010 Surat Kabar Mingguan “Suara Kalimantan” muncul lagi dengan penampilan beda dan bertemakan Media Politik, Hukum dan Lingkungan, MENGUPAS MASALAH DENGAN TUNTAS yang di prakarsai oleh aktivis-aktivis OKP-LSM di Kalimantan Selatan seperti Dr MS Shiddiq, Aspihani Ideris MH, Sj A Abdis, Dharma Jaya, Ipriani Suleman Kaderi SAB, Fathur Rahman, Badrul Ain S Alafif MS, Kastalani Ideris, Anang Tony, dan M Fauzi Noor yang beralamat REDAKSI / IKLAN / SIRKULASI di Jalan Gatot Subroto, Komplek Mandastana IV RT.31 No.45 Banjarmasin Kode Pos 70236, Telp/Fax : (+62511) 742 2662 / (+62511) 325 4304 Mobile : +6281 9260 5311 dan penerbit PT. LEKEM KALIMANTAN.
Penerbitan dilakukan mingguan setiap hari Senin yang mencetak pertama kalinya di redaksi Radar Banjarmasin dengan cetakan 1000 exsplamper dengan harga jual eceran @ Rp.2500 (Dua Ribu Lima Ratus Rupiah).
Surat Kabar Mingguan “Suara Kalimantan” mencetak di Radar Banjarmasin hanya bisa bertahan tiga kali terbit karena biaya cetak yang tidak bisa terjangkau oleh redaksi Surat Kabar Mingguan “Suara Kalimantan”. Pada akhirnya pindah cetak ke redaksi Media Kalimantan dengan sekali cetak 3000 axsplamper dengan harga jual eceran tetap sama seperti semula @ Rp.2500 (Dua Ribu Lima Ratus Rupiah).***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar